Friday, February 19, 2016

PENGANTAR BUKU PEMUDA DAN TAWARAN SOLUSI PROBLEMATIKA BANGSA



Penulis         : Arif Saefudin, M.Pd.
                       Dwi Suyoko
Penerbit       : Gema Media
Tahun Terbit : 2015
Ukuran         : xii x 162  halaman, 14x21 cm
ISBN            : 978-602-72323-8-9

Syukur alhamdulliah senantiasa bersukur terhadap kehadirat Allah SWT atas terbitnya antologi karya-karya kompetisi yang telah diikuti selama kurun waktu tahun 2015 ini. Buku ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang sudah diikuti dalam kompetisi-kompetisi yang beskala provinsi, regional maupun nasional. Penerbitan buku ini merupakan langkah awal untuk mengabadikan pemikiran-pemikiran yang sudah tertuang dalam bentuk tulisan, sehingga tidak sia-sia yang hanya tersimpan dalam bentuk file atau bahkan akan hilang.
Seperti pepatah Yunani, Verba volant, scripta manent yang mempunyai arti bahwa sesuatu yang hanya diucapkan akan hilang bersama angin, tapi yang tertulis akan abadi. Hal ini memang benar adanya, karena sesuatu yang diucapkan sebagus apapun kalau tidak direkam (dalam bentuk tulisan atau rekaman suara/vedio) maka akan hilang bersama angin, tetapi sesederhana apapun pemikiran kalau dituangkan kedalam bentuk tulisan tentu akan abadi selamanya. Bangsa kita mungkin mempunyai kelemahan didalam menuangkan ucapan kedalam bentuk tulisan, kalau kita diajak untuk cerita diwarung kopi mungkin bisa menghabiskan waktu sampai berjam-jam tapi untuk menulis satu paragraf maka akan sangat berat meski hanya beberapa menit.
Bahkan bila melihat sejarah Indonesia, justru banyak yang ditulis oleh sarjana luar yang mempunyai minat dan kemampuan yang baik dalam membuat tulisan. Sebut saja catatan-catatan dari Cina dan Eropa yang mencatat perjalanan mereka ketika singgah di Indonesia. Atau buku History of Java yang ditulis oleh Thomas Stamford Raffles selama menjadi gubernur jendral dan masih banyak contoh-contoh yang lainnya.Tradisi menulis ini yang harus kita tumbuhkan dan pupuk bersama. Terlebih untuk para generasi muda sekarang yang lahir dalam pusaran teknologi canggih atau sering disebut sebagai ‘generasi menunduk’ karena tidak bisa terlepas dari gadget. Kalau kita tidak bijak dalam menggunakan teknologi, maka teknologi yang akan mengendalikan pola pikir kaum muda yang serba hedonis dan konsumtif.
Untuk menumbuhkan budaya menulis ini memang tidak mudah, karena harus berjuang ekstra keras untuk memilih dan mencari anak yang rela ‘meletakkan’ gadgetnya sebentar demi berkarya untuk mengikuti kompetisi. Tentu sebagai seorang guru, tugas kita selain mentranformasikan ilmu juga harus berkarya dan mendampingi peserta didik yang mau dan mempunyai potensi yang terpendam. Awalnya memang akan menemui kesulitan, tapi kalau sudah menemukan cemistry maka seberat apapun kesulitan itu akan dilalui dengan kegembiraan. Kegembiraan ini yang selalu membuat ‘haus’ akan kompetisi, baik dalam bentuk LKTI, Esai atau segala sesuatu yang berkaitan dengan tulisan. Rutinitas dikelas akan membuat peserta didik tidak sadar, bahwa semua itu akan membuang kesempatan untuk berkarya dan memperoleh pengalaman yang jauh lebih menarik dibandingkan hanya didalam kelas.
Tulisan-tulisan ini bisa dikategorikan menjadi 3 (tiga macam), yaitu kategori sejarah, sosial budaya dan pendidikan. Dalam penyusunannya diurutkan dari kompetisi yang paling awal hingga yang terakhir diikuti. Kompetisi pertama yang diikuti adalah pekan sejarah yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Semarang pada tanggal 28 Oktober 2013 dengan judul ‘Pemuda: Penentu Masa Depan Bangsa’. Dalam lomba ini, level kompetisinya hanya se-Jawa dan Bali, dan untuk esai nya mendapatkan juara ke-2. Selanjutnya pada bulan Maret 2015, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah mengadakan lomba Lawatan Sejarah yang diikuti oleh Kabuaten se-Jawa Tengah pada 18-20 Maret 2015 di Pemalang, Jawa Tengah. Tulisan lawatan sejarah ini sebenarnya berbentuk LKTI, yang membahas tentang kepahlawanan Usman Janatin, dan setelah dirubah menjadi bentuk esai berjudul ‘Dari Kota Perwira Menjadi Patriot Bangsa: Refleksi Kisah Perjuangan Usman Janatin’ dan memperoleh Juara 1 Tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Setelah itu, melanjutkan kejenjang regional yang diikuti oleh tiga provinsi, yaitu provinsi Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur pada tanggal 7-10 April 2015 di Madura. Tema yang ditawarkan pun sekitar Madura, bentuk karyanyapun masih LKTI, tapi setelah dibentuk menjadi sebuah esai maka berjudul ‘Pangeran Trunojoyo: Pahlawan Atau Pembrontak?’, dalam lomba ini ‘disayangkan’ hanya menempati juara ke-3. Sehingga tidak bisa mewakili tingkat regional untuk bertarung dilevel nasional, karena yang mewakili hanya peringkat 1 dan 2. Dari peristiwa itu lah yang akhirnya mendorong untuk merasakan juara dilevel kompetisi-kompetisi skala nasional.
Selang beberapa bulan, tepatnya pada bulan Mei, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengadakan lomba esai tingkat nasional dengan tema ‘Inovasi Budaya Maritim Nusantara’, lomba ini dibilang sangat banyak peminatnya, karena hadiah yang ditawarkan pun sangat besar, yaitu dengan total 64 juta. Peserta yang masuk kepanitia ditaksir sekitar 1053 naskah dan hanya dipilih 15 naskah terbaik dari seluruh Indonesia. Naskah yang dikirim berjumlah 2 naskah,  dengan judul ‘Memayu Hayuning Bawana: Kearifan Lokal Untuk Kejayaan Global’ dan ‘Membangunkan Raksasa yang Tertidur: Memulai Revolusi Biru dari “Kaca Spion”. Naskah pertama yang akhirnya terpilih menjadi 15 finalis  untuk presentasi, namun disayangkan belum secara maksimal memperoleh prestasi dilevel ini, yaitu hanya menduduki peringkat ke-8 dari 15 finalis.
Kompetisi berikutnya diadakan oleh Universitas Gajah Mada dengan tema ‘Membangun Generasi Muda Berjati Diri ke-Indonesia-an’ pada tanggal 12 September 2015 di Yogyakarta. Dalam kompetisi ini hanya menempati peringkat ke-13, yang diundang untuk mengikuti seminar nasional. Tema esai yang diajukan adalah ‘Historia Vitae Magistra: Menanamkan Jiwa Nasionalisme Kepada Pilar Bangsa’. Setelah itu, kompetisi Parlemen Remaja dari DPR-RI yang bekerjasama dengan Universitas Indonesia menjadi sasaran berikutnya, dengan tema ‘Menuju Parlemen Modern’ untuk ditujukan pada para pelajar tingkat SMA, tema yang dibuat dalam kompetisi ini yaitu ‘Realita DPR Kita: Parlemen atau Preman?’, Dalam kompetisi ini juga dimuat tentang cita-cita masa depan dengan judul ‘From Zero To Hero: Tidak Pernah Putus Asa untuk Mencapai Asa’, namun dalam kompetisi ini panitia dirasa kurang profesional, karena naskah yang dikirim tidak sampai ketangan panitia, padahal dipelacakan pos sudah terkirim kepanitia.
Pada tanggal 21 November 2015, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali mengadakan kompetisi Gema Lomba Karya Esai Nasional dengan tema ‘Memetakan Problematika Pendidikan di Indonesia’, lomba ini diperuntukan untuk tingakat SMA dan Perguruan tinggi. Judul yang diajukan dalam lomba ini adalah ‘Revolusi Pendidikan: Paradigma Struktural Fungsional ke Prosesual’, dikompetisi ini mendapatkan Juara 1 Tingkat Nasional, dan berhak membawa piala kayu ukiran Dewa Ganesha. Sebelum itu, pada bulan September 2015, KPK mengadakan teacher supercamp untuk para guru-guru, namun sayang hanya masuk nominasi, judul dalam kompetisi ini adalah ‘Pribumisasi Antikorupsi: Visualisasi Nilai-Nilai Antikorupsi di Rumah dan Sekolah’.
Kemudian pada tanggal 21-25 November 2015, Kemendikbud mengadakan kompetisi Simposium Guru Nasional 2015 yang merupakan event pertama diadakan, peserta yang mendaftar mencapai 3366 guru dari seluruh Indonesia dan hanya diambil 250 peserta, dan penulis merupakan salah satunya. Judul yang diajukan dalam simposium ini adalah ‘Potret Pembelajaran Sejarah Isu Kontroversial di SMA Negeri Banyumas’. Selain kompetisi-kompetisi tadi, ada beberapa kompetisi yang sampai awal Desember 2015 masih berlangsung penjuriannya, seperti ‘Guruku Bermutu Menginspirasi Sepanjang Waktu’ dan satu naskah ditulis dalam memperingati hari guru 25 November 2015 yang berjudul ‘Menjadi Pahlawan (Guru) versi Modern’.
Akhirnya, dalam setiap kompetisi pasti membuahkan kemenangan dan kekalahan. Tapi bukan itu yang penting, justru menumbuhkan tradisi menulis itu yang menjadi tujuan utamannya. Penulis berharap dan mengingatkan (terutama kepada penulis sendiri) untuk selalu bersemangat dalam menumbuhkan tradisi menulis, sehingga dapat menularkan kepada setiap peserta didik dan khalayak umum disekitar kita untuk selalu belajar mengabadikan pemikiran kita dalam bentuk tulisan. Sebab seperti pepatah Yunani diatas, bahwa yang terucap akan terbang bersama angin, yang tertulis akan abadi.
Selamat membaca dan berkarya!
                          
                                                                 Purbalingga, 30 November 2015
                                                                 Penulis,




Monday, February 1, 2016

Asal Nama Stabelan-Purbalingga Wetan

Kelurahan Purbalingga Wetan
Di Kecamatan Purbalingga terdapat berbagai kelurahan, salah satunya ialah kelurahan Purbalingga Wetan ini terletak di sebelah Timur Kabupaten Purbalingga.Purbalingga Wetan merupakan kelurahan yang cukup luas dengan jumlah penduduk yang cukup padat di Purbalingga Wetan memiliki banyak kerajinan seperti kerajinan irus yang terbuat dari batok kelapa yang dibuat oleh warga masyarakat sekitar Purbalingga Wetan di Purbalingga Wetan juga terdapat kentongan yang terkenal dengan kentongan kingsan (Wingking Kejaksaan) yang artinya belakang kantor kejaksaan.
Di Purbalingga Wetan terdapat beberapa sekolah negeri sepertiTK Aisyah,TK Pertiwi, SD N 1 Purbalingga Wetan,dan SD N 3 Purbalingga Wetan. Purbalingga Wetan ini memiliki beberapa daerah seperti Jl. Wawet,Jl.Let. Kol Isdiman,Stabelan, dll. Daerah Stabelan ini terletak di belakang TK Aisyah, daerah Stabelan termasuk daerah yang cukup luas dan cukup akan penduduknya. Nama Stabelan ini diambil saat pada zaman penjajahan Belanda sebelum tahun 1945. Indonesia di jajah oleh Belanda cukup lama yang membuat rakyat Indonesia menderita. Belanda menjajah Indonesiadi berbagai daerah seperti Purbalingga, salah satunya di daerah yang diberi nama Stabelan ini.
Asal usul nama Stabelan berawal dari zaman penjajagan Belanda. Pada zaman penjajahan Belanda, meriam merupakan senjata yang digunakan secara umum.Meriam adalah bom yangdilemparkan ke kawasan lain yang bertujuan untuk memusnahkan kawasan atau rakyat Indonesia. Meriam itu ditembakan dengan menggunakan alat yang panjang seperti teropong dan alat untuk menyagak atau sebagai penegak meriam bernama stable.Biasanya stable dan meriam  ini sangat berat. Bunyi meriam yang di lemparkan dari alat yang ditegakan olehstable ini sangat keras,tembakan dari meriam juga sangat beresiko besar karena bisa menghancurkan kawasan atau daerah tersebut yang terkena tembakan dari meriam atau dimana meriam itu jatuh.
Biasanya meriam yang di lemparkan jatuhnya akan sangat jauh seperti meriam di lemparkan dari Purbalingga dan meriam tersebut akan jatuh di Banjarnegara. Daerah stabelan ini juga terdapat gudang untuk menyimpan stable yang baru keluar dari pabrik,jumlah stable ini di gudang tersebut jumlahnya sangat banyak,apabila ingin dipakai maka stable tersebut akan dikeluarkan dari gudang. Selain terdapat gudang untuk menyimpan stable di daerah ini juga terdapat kandang atau tempat kuda. Masyarakat sekitar biasa menggunakan kuda untuk bekerja seperti andhong atau dokar  dan untuk transportasi  masyarakat sekitar serta untuk keperluan yang lain,sehingga masyarakat tersebut banyak yang memiliki kuda.
Dengan berjalannya waktu dengan berbagai usaha akhirnya bangsa Indonesia bisa merdeka pada tanggal 17 agustrus 1945. Sehingga para penjajah Belanda pun dapat terusir dan bangunan-bangunan bekas Belanda ada yang sudah di bongkar dan belum,termasuk bangunan gudang untuk menyimpan stable dan tempat atau kandang kuda ini sekarang sudang dibongkar yang sudah dijadikan rumah penduduk daerah Stabelan.Maka dari itu, daerah  Stabelan yang berada di Kecamatan Purbalingga Wetan  diberi nama Stabelan karena di ambil dari nama stable atau alat untuk mencagak atau lebih tepatnya sebagai alat penyegak dari meriam. Sampai sekarang daerah ini  masih bernama daerah Stabelan dengan ditambah banyak jumlah penduduk dan daerah.

Sumber Referensi:
Wawancara dengan Mbah Nastangi (70 Tahun) pada tanggal 5 November 2016.
Sekar Zahra Putri Dewanti, XI IPS 2 SMANDA 16/17